Jumat, 23 Januari 2009

Cuma Sekedar Ceritra...( Part 1 )

Saya sih cuma mau berceritra, tanpa bermaksud untuk menggurui, memberi nasehat, ataupun yang bersifat sok tahu...

Mungkin ceritra ini agak-agak bersifat non irasional ataupun bertentangan dengan logika, tapi menurut saya ini penting makanya saya maksa menulis disini...

Dimulai pada masa-masa kami kecil dulu...

Suatu ketika ( tidak perlu penelusuran sejarah lebih lanjut ) bapak saya menyanyikan kidung cianjuran tetapi dalam keadaan mata terpejam dan posisi tiduran, dengan antusias aku kecil mendengarkan dengan seksama apa yang dikidungkan bapakku.

Entah karena apa ketertarikanku pada kidung yang dinyanyikan oleh bapakku sedemikian kuatnya...

Setelah kidung selesai tiba-tiba bapakku yang walaupun keturunan sunda tapi tidak fasih berbahasa sunda berbicara dengan bahasa sunda...Aku kecil tertegun karena bapakku tiba-tiba berbahasa sunda.

Untung ada emakku yang orang sunda dan mengerti bahasa sunda, mungkin karena emakku orang tasik yang lahir dan besar disana jadi pastilah dia tau bahasa sunda. Jangan-jangan karena dia orang tasik ( maksa... ).

Dengan terheran-heran aku kecil melihat dengan wajah bingung ke arah emakku, kata emakku bahwa yang sekarang bicara bukan bapakku...Aku kecil jadi tambah bingung...lha ini siapa...!!??

Dari translet ( maklum orang sunda gak bisa ngomong translate ) emakku, katanya yang berbicara itu adalah eyang...

Eyang..???!!! itu kan bapak..kok eyang...

Aku kecil makin bingung...

Emakku bilang itu adalah eyang yang meminjam raga bapak...

Tanpa pertanyaan lebih lanjut aku kecil bilang...Ooooohh...Eyang siapa mak...

Bapak yang tertidur dengan mata terpejam melihat kearahku sambil tersenyum...

Kemudian beliau bilang...
Kula Purnawarman, Panji Sagala Raja...
Hidep getih kula...

Entah karena apa emakku bertanya ke beliau...

"Punten Eyang...Ai eyang teh prabu silihwangi tea..."

Pikiran kecilku semakin bingung pada waktu itu...

“Eyang Purnawarman...prabu silihwangi... “

Kemudian eyang bilang...
"Eta mah budak leutik...
“Kula… Purnawarman… Raja Taruma Nagara...

Beliau berbicara dengan emakku panjang lebar dengan bahasa sunda, aku kecil terus mendengarkan sambil tidak tahu apa yang dibicarakan. Sampai suatu ketika emakku bilang bahwa eyang pamit mau pulang…

Kemudian eyang bergumam mengucapkan sesuatu….Om shanti…shanti…Om…yang makin lama semakin sayup terdengar di telinga kecilku…

Setelah suara menghilang….tiba-tiba terdengar suara ngorok ( dengkuran orang yang sedang tidur ) aku semakin bingung…kok eyang ngorok…???!!!

Emakku juga bingung…dengan ragu-ragu emakku menggoyang-goyang tubuh bapakku…pak…pak…pak…!!!

Dengan mata merah dan melotot bapakku bangun, ah…eh…uh…minta dureeeen….!!!!, boong ding cumin bangun dan ah…eh…uh… aja.

Trus emakku bilang, bahwa ada eyang yang dateng…

Aku juga melontarkan pertanyaan yang sejak tadi ada di kepalaku…
Eyang itu apa?, siapa? kenapa ? bagaimana? bla…bla…bla…

Bapakku kemudian menerangkan bahwa eyang purnawarman adalah karuhun keluarga…
beliau adalah raja Taruma Nagara ke 3, yang membuat sungai dengan kedua tangannya sepanjang 40 km selama 21 hari…, yang hidup pada masa 400 th SM, yang merupakan cikal bakal Taruma Nagara baru, Pajajaran dan Galuh, dan salah satu peninggalannya adalah prasati ciaruteun yang dimana terdapat telapak kaki dan tulisan diatas batu. yang menurut beliau tapak kaki adalah dari telapak kakinya dan tulisannya dibuat oleh jarinya…

Semenjak itu, eyang purnawarman selalu datang menyambangi kami…
terutama ketika kami mengalami masa-masa sulit…
beliau memberikan bimbingan…pengarahan…didalam menjalani hidup…

Suatu ketika, bapakku ngajak jalan-jalan, katanya represing ( maklum orang sunda gak bias ngomong f ), kami naik kereta api listrik sampai dengan ujung rel, karena gak ada sambungannya lagi, ternyata setelahnya kuketahui itu adalah stasiun Jakarta kota…( jadi geli juga kalau ngenget-nginget kejadian itu…), trus kami nyebrang stasiun kereta api itu, bapakku mengajak masuk ke bangunan jaman belanda, setelah membeli tiket kami masuk kedalamnya…

Aku kecil memandangi barang-barang yang ada didalamnya….

Ternyata tempat yang ku kunjungi itu adalah sebuah museum…
Yak…tempat itu adalah museum fatahillah, buat orang Jakarta dan sekitarnya mungkin familiar dengan museum tersebut…

Kami berkeliling museum, sampai suatu ruangan yang menyimpan tentang sejarah taruma nagara. Ternyata disitu disebutkan tentang Eyang Purnawarman…

Aku kecil terkagum-kagum pada waktu itu…di dalam benakku “ Hebat ya eyang, jadi raja yang memerintah suatu Negara pada masa itu…, membuat sungai yang panjangnya 40 km dalam waktu 21 hari untuk kepentingan rakyat, membuat prasasti dengan tangannya sendiri…”

Sejak itu rasa banggaku terhadap eyang Purnawarman tak putus-putus hingga kini…

Setalah capek berkeliling kami pun istirahat di meriam si jagur…sambil melepas lelah emaku kemudian membuka bekal nasi yang dibawa dari rumah…

Walaupun makanan yang dimakan sangat sederhana, tapi karena cape dan lapar kami menyantap bekal tersebut dengan nikmat….Makan dulu ah….

Pulang jalan-jalan kami capek sekali…
kasur busa yang sudah lepet karena pernah terkena bajir sudah menyambutku dengan rindu…
kurebahkan tubuh kecilku yang kelelahan dikasur itu…
sambil tersenyum bangga terhadap eyang Purnawarman, hatiku lirih berkata “ bisakah aku sepertimu eyang…
kesadarankupun lambat laun meninggalkan tubuh kecilku …..

1 komentar:

  1. Aku merasa beruntung menjadi bagian dari garis keturunan ini.

    BalasHapus